Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut
Egon.E. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor
pertanian bukanlah ciri yang selalu harus terlekat pada setiap desa. Ciri utama
yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal dan suatu
kelompok masyarakat yang relatif kecil.
Dengan perkataan lain suatu desa ditandai oleh keterkaitan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Mengenai lingkungan sebagai faktor penentu karakteristik desa-kota, Smith dan Zopf membedakan 3 jenis lingkungan yaitu lingkungan fisik/unorganik, lingkungan biologik/organik, lingkungan sosio kultural. Lingkungan sosial-kultural dibagi lagi menjadi tiga kategori, yakni fisik, biososial dan psikososial (dalamRahadjo, 1999).
Dengan perkataan lain suatu desa ditandai oleh keterkaitan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Mengenai lingkungan sebagai faktor penentu karakteristik desa-kota, Smith dan Zopf membedakan 3 jenis lingkungan yaitu lingkungan fisik/unorganik, lingkungan biologik/organik, lingkungan sosio kultural. Lingkungan sosial-kultural dibagi lagi menjadi tiga kategori, yakni fisik, biososial dan psikososial (dalamRahadjo, 1999).
Secara garis besarnya dalam hal lingkungan fisik, masyarakat desa
lebih langsung berhadapan dan dipengaruhi oleh lingkungan fisik dibandingkan
dengan masyarakat kota. Tanah dan kekotoran yang untuk orang kota sinonim
dengan bakteri, untuk orang desa bergumul dengan ”kekotoran” (lumpur) itu
justru menjadi kehidupan bagi mereka (Rahadjo, 1999). Dalam hal lingkungan
sosio-kultural, perbedaan antara kehidupan masyarakat desa dan kota juga
terlihat jelas pada ketiga katagori lingkungan sosiokultur dalam lingkungan
psikososial, kota lebih memperlihatkan bangunan-bangunan fisik yang lebih
banyak dan bervariasi.
Berdasarkan
lingkungan biososial, kota lebih memperhatikan komposisi ras atau kebangsaan
yang beragam dibanding dengan masyarakat desa. Dalam lingkungan psikososial,
lingkungan perkotaan jauh lebih kompleks dibanding dengan perdesaan.
Desa
tidak jarang memberikan asosiasi yang romantik. Bagi penduduk kota yang tidak
mengurangi hiruk pikuk, udara bercampur asap knalpot, siang yang membakar serta
hidup yang sangat individualistis, desa merupakan firdaus yang menawarkan
ketenangan, udara bersih, pohon yang rindang dan kehidupan yang sangat
kekeluargaan.Tetapi asosiasi yang romantik itu akan perlahan lenyap apabila
seseorang mendapat kesempatan untuk tinggal beberapa waktu didesa. Akan segera
nampak bahwa sebagian besar penduduk desa di Indonesia dililit masalah yang
sangat parah yakni kemiskinan (Hagul, 1992).
Perbedaan Kota
dan Desa
- Jumlah penduduk yang dikatakan sebagai kota terdiri dari 10.000 jiwa atau lebih, jumlah penduduk yang dikatakan desa sebanyak 2500 jiwa atau kurang.
- Kultur pada kota cenderung heterogen ( terdiri dari berbagai macam suku ), pada desa terutama daerah transmigrasi cenderung homogen ( terdiri dari satu suku ).
- Di Kota antara si kaya dan si miskin terlihat jelas, seperti pemukiman antara si kaya dan si miskin yang terpisah, pada desa, antara si kaya dan si miskin membaur.
- Bangunan pada kota cenderung bangunan pencakar langit ( gedung bertingkat ), pada desa bangunan cenderung bangunan berbentuk biasa.
- Adat istiadat dan agama di kota tak begitu terlihat, di desa adat istiadat dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai hukum.
- Tingkat individualisme dikota tinggi, di desa rasa kekerabatan tinggi.
- Mata pencaharian dikota beraneka ragam, mata pencaharian di desa rata – rata petani.
- Teknologi di kota berkembang pesat, didesa cenderung datar dan sukar mengadopsi teknologi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar